Seorang mukmin senantiasa berupaya untuk mengingat bahwa tujuan dia hidup di alam dunia ini adalah beribadah kepada Allah ta’ala, Rabb yang menciptakan dan memelihara seluruh alam semesta. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)
Seorang mukmin senantiasa berupaya untuk mempersembahkan ibadahnya hanya untuk Allah dan bukan untuk selain-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan meingkhlaskan agama (ketaatan) untuk-Nya secara hanif…” (QS. al-Bayyinah: 5)
Seorang mukmin senantiasa berupaya untuk tunduk dan pasrah kepada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah pantas bagi seorang mukmin lelaki ataupun perempuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu perkara kemudian masih ada lagi bagi mereka alternatif pilihan yang lainnya dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)
Seorang mukmin senantiasa berupaya untuk mengembalikan perselisihan yang muncul kepada al-Kitab dan as-Sunnah demi mendapatkan hasil yang terbaik bagi mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih tentang perkara apa saja maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Itulah yang terbaik bagi kalian dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’: 59)
Seorang mukmin senantiasa berupaya untuk tunduk dan pasrah kepada aturan dan hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara apapun, baik yang menyangkut kepentingan pribadi maupun sosial. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka demi Rabbmu, mereka sama sekali tidak beriman sampai mereka mau menjadikan kamu sebagai hakim/pemutus perkara dalam apa yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian mereka tidak lagi mendapati rasa sempit di dalam diri mereka atas apa yang kamu putuskan dan mereka pun pasrah secara sepenuhnya.” (QS. an-Nisaa’: 65)
Seorang mukmin senantiasa menjadikan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pedoman dan rambu-rambu kehidupan demi menggapai kemuliaan dan kebahagiaan di sisi ar-Rahman. Karena Allah ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul itu sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80)
Seorang mukmin senantiasa mendahulukan ketetapan Allah dan Rasul-Nya di atas hawa nafsu, perasaan, dan pemikirannya. Karena Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Diwajibkan kepada kalian berperang sedangkan hal itu tidak kalian sukai. Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu adalah baik untuk kalian. Dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk bagi kalian. Allah mengetahui -segala sesuatu- sementara kalian tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 216)
Seorang mukmin senantiasa menanamkan keyakinan di dalam hatinya bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan sebab pokok kebahagiaan hamba. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia akan mendapatkan kemenangan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 71)